Rabu, 26 Desember 2012

TAJWID MUDAH


HUKUM TAJWID
A. Pembagian Mad
Mad menurut etimologi berarti tambahan. Menurut istilah tajwid berarti memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada tiga, yaitu alif, wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris damah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut dengan huruf layin.

1.Mad Asli
Mad Tabii atau mad asli, yaitu bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun. Dinamakan tabii karena mad tersebut merupakan sesuatu yang tabii (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya sepanjang dua harakat.

      1.1 Ketika Wakaf dan Washal
Huruf mad tetap eksis di saat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di tengah seperti pada kata( مالك ) ( يوصيكم )atau di akhir seperti pada kata( الشمس وضحاها ).
Syarat mad tabii adalah tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut.

1.2 Ketika Washal
Mad asli atau tabii bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah. Agar ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara dua huruf yang berharakat, seperti( إنه هو ) ( به بصيرا ).
Dalam hal ini, wau dan ya dibaca panjang, dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf tidak dibaca panjang.

1.3 Ketika Wakaf
Mad asli atau tabii bisa juga terjadi pada huruf mad yang eksis ketika wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti( عليمًا حكيمًا ),jika berhenti pada huruf alif( حكيمًا ).
Hal mana mad akan hilang bila disambung dengan kata sesudahnya.

2. Mad Far'i
Mad Far`i adalah mad yang merupakan tambahan terhadap mad tabii karena salah satu dua sebab, yaitu hamzah dan sukun.

2.1 Muttashil
Mad Muttashil (bersambung), disebut mad muttashil bila dalam satu kata bertemu mad tabii dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad tabii bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Mad muttasil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya sepanjang empat harakat atau lima harakat atau enam harakat ketika berhenti

2.2 Munfashil
Mad Munfashil (terpisah), disebut mad munfashil bila mad tabii bertemu dengan huruf hamzah di kata berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda. Aturan membacanya boleh sepanjang dua harakat, empat harakat atau lima harakat menurut Imam Hafsh. Termasuk mad munfashil adalah shilah kubra, yaitu bila wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang.



2.3  Aridh
Mad Aridh, disebut mad aridh bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan aridh karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika diwashal dia tetap sebagai mad tabii. Aturan membacanya boleh tiga macam; pendek (dua harakat),sedang (empat harakat), panjang (enam harakat).
Contoh,( الحمد لله رب العالمين ).
Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf. Contoh,( فليعبدوا رب هذا البيت ).
Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan mudah.

2.4 Badal
Mad Badal, disebut mad badal bila huruf hamzah terdapat sebelum mad tabii di dalam satu kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah atau sukun).
Dinamakan mad badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, di mana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya dua hamzah dalam satu kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan bacaan. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf alif seperti( آمنوا )asalnya( ءأمنوا ), jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua diganti menjadi huruf ya seperti( إيمانا ), asalnya( إئمانا ), jika huruf yang pertama berbaris damah, maka huruf yang kedua diganti menjadi huruf wau seperti( أوتوا )asalnya( أؤتوا ).
Aturan membacanya adalah sepanjang dua harakat seperti mad tabii.

2.5 Lazim
Mad Lazim, disebut mad lazim adalah bila mad tabii bertemu dengan sukun yang tetap eksis baik dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam satu kata atau pun tidak. Dinamakan lazim (harus) karena mad tersebut harus dibaca enam harakat dan karena keharusan eksisnya sukun, baik ketika washal atau pun wakaf.

2.5.1 Mutsaqqal Harfi
Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah mad tabii yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah satu huruf hijaiah yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiah yang terletak di awal beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya karena adanya tasydid pada sukun tersebut. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Contohnya ialah huruf lam dalam( الم ).

2.5.2 Mukhaffaf Harfi
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah mad tabii yang bertemu dengan sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak bertasydid. Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contohnya huruf mim dalam( الم ).
Catatan: Huruf hijaiah yang terdapat di permulaan surat ada empat belas huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( صله سحيرا من قطعك ).
Ini terbagi ke dalam empat bagian. Pertama yang jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada tujuh huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( كم عسل نقص )kecuali huruf `ain. Bagian pertama ini aturan membacanya sepanjang enam harakat. Kedua yang jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf layin terletak di tengah-tengah, yaitu huruf `ain. Bagian kedua ini boleh dibaca sepanjang empat atau enam harakat. Ketiga yang jumlah hurufnya ada dua, di mana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya ada lima, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( حي طهر ).
Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan mad tabii, yaitu sepanjang dua harakat. Keempat yang jumlah hurufnya ada tiga dan tidak terdapat huruf mad di tengah-tengahnya. Hurufnya hanya satu, yaitu alif. Aturan membacanya adalah biasa tidak terdapat mad.

2.5.3 Mutsaqqal Kilmi
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad tabii yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid pada huruf yang sukun. Contohnya huruf alif dalam:( الضالين ) dari firman Allah Taala( غير المغضوب عليهم ولا الضالين )


2.5.4 Mukhaffaf Kilmi
Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi, yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad tabii yang bertemu dengan huruf yang sukun (tetapi tidak bertasydid) dalam satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah, sebagai akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Dinamakan kilmi (kata) karena sukun asli dan mad tabii itu terdapat dalam satu kata. Contohnya kata( أالآن )pada dua tempat dalam surat Yunus, masing-masing pada ayat 51 dan 91.


B. Nun dan Tanwin
Nun sukun, : yaitu nun yang berbaris sukun yang bacaannya tergantung dengan huruf yang datang berikutnya. Nun tanwin (baris dua), yaitu nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan tempat berhenti. Tandanya: Dua damah( ٌ ), dua fathah( ً )atau dua kasrah( ٍ ).
Nun sukun yang terjadi dari tanwin ini diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara membacanya. Catatan: Apabila ada nun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah washal, maka kedua-duanya tidak boleh dibaca dengan izhar, idgham, iqlab atau ikhfa, akan tetapi harus dibaca kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, kecuali huruf nun pada( ِمن )--anggota huruf jar--, maka nun tersebut harus dibaca fathah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris fathah. Catatan lain: Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nun sukun atau tanwin hanya terjadi pada waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu wakaf (berhenti).

1. Iqlab
Iqlab menurut etimologi berarti merubah sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan tuturan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa.

2. Idgham
Idgham menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid berarti memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Idgham terbagi dua: - Idgham Bighunnah (disertai dengung) - Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari dua kata. Huruf-huruf idgham ada enam, yaitu yang tergabung dalam kalimat(
يرملون ).

2.1 Bighunnah
Idgham bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat( ينمو ), yaitu: م, ن, ي dan و . Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada dua tempat, yaitu: pada ayat( يس والقرآن الحكيم )dan( ن والقلم وما يسطرون )yang harus dibaca izhar mutlak, berbeda dengan kaedah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.

2.2 Bila Ghunnah
Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu:( ر )dan( ل ).
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunnah kecuali nun yang terdapat pada ayat( َمن راق ), karena di sini harus dibaca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.



3. Izhar
Izhar menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.

3.1 Mutlak
Izhar halqi menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan).Hurufnya enam, yaitu: غ ,ح ,ع, ,ه ,ء dan خ .

3.2 Halqi
Izhar mutlak menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dinamakan mutlak karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir. Izhar mutlak terjadi apabila nun sukun( ْن )bertemu dengan ي atau و dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Alquran hanya terdapat pada empat tempat yaitu:( الدنيا - بنيان - صنوان - قنوان )dan ( يس والقرآن الحكيم) , (ن والقلم وما يسطرون )karena aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar mutlak walaupun berada dalam dua kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.

4. Ikhfa Hakiki
Ikhfa menurut etimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf antara izhar dan idgham tanpa tasydid dan disertai dengan dengung. Disebut juga ikhfa hakiki (real) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya. Huruf ikhfa ada lima belas, yaitu awal kata dari kalimat: ( صف/ ذا/ ثنا/ كم/ جاد/ شخص/ قد/ سما/ دم/ طيبا/ زد/ في/ تقى/ ضع/ ظالما )


C. Jenis Wakaf
Wakaf menurut etimologi berarti berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid berarti memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya.

1. Lazim
Wakaf Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taam (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tandanya:( م ).

2. Jaiz
Wakaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh washal (disambung) atau wakaf (berhenti).
Wakaf jenis ini terbagi dua, yaitu yang terkadang disambung lebih baik dan yang terkadang berhenti lebih baik.

2.1 Kafi
Wakaf Kafi (cukup), yaitu bacaan yang boleh washal atau wakaf, akan tetapi wakaf lebih baik daripada washal. Dinamakan kafi karena berhenti di tempat itu dianggap cukup tidak membutuhkan kalimat sesudahnya sebab secara lafal sudah tidak ada kaitannya. Tandanya:( قلي ).

2.2 Tasawi
Wakaf Tasawi (sama), yaitu tempat berhenti yang sama hukumnya antara wakaf dan washal. Tandanya:( ج ).

2.3 Hasan
Wakaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh washal atau wakaf, akan tetapi washal lebih baik dari wakaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti di tempat itu sudah baik. Tandanya:( صلي ).


3. Muraqabah
Wakaf Muraqabah (terkontrol) yang disebut juga ta`anuqul-waqfi (wakaf bersilang), yaitu terdapatnya dua tempat wakaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja.


4. Mamnuk
Wakaf Mamnuk (terlarang), yaitu berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan pengertian karena mempunyai kaitan yang sangat erat --secara lafal dan makna-- dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat seperti ini. Tandanya:( لا )

5. Saktah Lathifah
Saktah Lathifah (berhenti sejenak), yaitu memutuskan suara (selama dua harakat) di akhir kata tanpa bernafas. Tandanya:( س )


D. Jenis Hamzah
Hamzah dalam Alquran terbagi dua macam, yaitu hamzah qath`i (putus) dan hamzah washal (sambung).

1. Qath'i
Hamzah Qath`i, yaitu hamzah yang eksis dalam lisan sewaktu membacanya dan eksis pula dalam tulisan. Dinamakan hamzah qath`i karena pembaca memutuskan bacaan sebagian huruf tertentu dari huruf lain. Hamzah Qath`i bisa terletak di awal, di pertengahan atau di akhir kalimat. Hamzah ini juga bisa terdapat pada kata benda, kata kerja dan huruf. Aturan bacaannya harus dituturkan dengan jelas (izhar).

2. Washal
Hamzah Washal, yaitu hamzah yang eksis di lisan bila terdapat di permulaan bacaan dan gugur ketika disambung. Dinamakan washal karena hamzah tersebut berfungsi sebagai penyambung dalam membaca huruf yang sukun di awal kalimat. Tandanya: Huruf shad kecil di atas alif.

2.1 Dibaca Fatah
Jika hamzah washal terletak di awal kata benda (isim ma`rifah) yang ditandai dengan alif-lam di awal bacaan, maka hamzah tersebut dibaca fathah. Contohnya:( الحمد لله رب العالمين - الرحمن الرحيم )

2.2 Dibaca Kasrah
Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja yang huruf keduanya berbaris fathah atau huruf ketiganya berbaris kasrah atau terletak pada bentuk mashdar dari fi`il madli, maka hamzah tersebut dibaca kasrah. Contoh,( استكبارا فى الأرض ) ( ارجع اليهم ) ( ادفع بالتى هي أحسن )Catatan: Hamzah washal sama`i (tanpa kaedah) terdapat pada tujuh kata benda, yaitu:( ابن - ابنة - امرؤ - امرأة - اثنين - اثنتين - اسم ) Hamzah washal yang terdapat di awal kata pada awal bacaan wajib dibaca kasrah.

2.3 Dibaca Damah
Jika hamzah washal terletak di awal kata kerja perintah (fi`il amr) yang huruf ketiganya berbaris damah, maka hamzah tersebut dibaca damah. Contoh,( ادع إلي سبيل ربك - اركض برجلك )

      2.4 Tidak Dibaca
      Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak dibaca karena huruf sukun berikutnya berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan demikian hamzah washal tidak lagi dibutuhkan karena itu hamzah tersebut tidak dibaca pada saat disambung. Hamzah Washal, dibaca fathah, kasrah atau damah jika berada di permulaan bacaan. Jika hamzah washal terletak di tengah-tengah kalimat, seperti:( والله ), ( وبالحق ),maka hamzah tersebut tidak dibaca sama sekali, karena penyebutannya ketika itu tidak ada urgensinya.


E. Nun dan Mim
Nun dan mim bertasydid, yaitu setiap nun atau mim yang bertasydid. Huruf yang bertasydid pada dasarnya berasal dari dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.

1. Mim Tasydid
Mim bertasydid berasal dari dua mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukkan/berassimilasi ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum mim tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Mim yang bertasydid juga disebut tasydidul ghunnah.

2. Nun Tasydid
Nun bertasydid berasal dari dua huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukkan/berassimilasi ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum nun tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Nun yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.


F. Mim Sukun
Mim Sukun, yaitu mim yang tidak berharakat. Mim semacam ini bisa terdapat sebelum semua huruf hijaiah kecuali tiga huruf mad( ا , و , ي )untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun.

1. Izhar Syafawi
Izhar Syafawi menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada izhar karena ketepatan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar. Izhar Syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiah selain huruf mim dan ba. Catatan: Jika terdapat huruf wau dan fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya, karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara makhraj huruf mim dengan huruf fa sangat berdekatan.

2. Ikhfa Syafawi
Ikhfa Syafawi menurut ethimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf yang sifatnya antara izhar dan idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung. Dinamakan syafawi karena huruf mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba.

3. Idgham Mitslain Shaghir
Idgham mitslain shaghir menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Idgham mitslain shaghir mempunyai satu huruf, yaitu mim.


G. Lam Sukun
Huruf lam yang sukun dalam Alquran terbagi dalam tiga macam: Lam Takrif, lam fi`il dan lam huruf.

1. Lam Takrif
Yang dimaksudkan dengan alif-lam takrif adalah alif-lam yang masuk pada kata benda merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik kata benda tersebut bisa berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata( الأرض )atau pun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata( الذين ).
Penambahan alif dan lam pada( الذين )adalah wajib karena kedua huruf itu tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut. Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti( الذي )dan wajib izhar, jika terdapat setelahnya ya, seperti( اليسع )atau hamzah, seperti( الأن ).

1.1 Qamariah
Lam qamariah mempunyai empat belas huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( ابغ حجك وخف عقيمة ).
Hukum lam qamariah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariah tersebut berjauhan.

1.2 Syamsiah
Lam syamsiah mempunyai empat belas huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat:( طب/ ثم/ صل/ رحما/ تفز/ ضف/ ذا/ نعم دع/ سوء/ ظن/ زر/ شريفا/ للكرم ).
Hukum lam syamsiah adalah idgham, sebab makhraj kedua lamnya sama, sedangkan jarak antara makhraj lam syamsiah dengan makhraj huruf-huruf syamsiah lainnya berdekatan.

2. Lam Fi'il
Lam fi`il adalah lam sukun yang terdapat pada kata kerja (fi'il), baik bentuk lampau (fi'il madli), bentuk sekarang (mudlori') atau bentuk perintah (amar), baik di pertengahan atau di akhir kata.

2.1 Idgham
Jika setelah lam fi`il terdapat huruf ra atau lam, maka harus dibaca idgham.

2.2 Izhar
Sebaliknya, jika setelah lam fi`il terdapat selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar.

3. Lam Huruf
Yang dimaksud dengan lam huruf adalah lam sukun yang terdapat pada huruf. Ini hanya terdapat pada( هل )dan( بل )saja, tidak terdapat pada kata lain dalam Alquran.

3.1 Idgham
Jika setelah huruf lam terdapat ra atau lam, maka harus dibaca idgham, kecuali pada ayat( بل ران )yang harus dibaca izhar karena adanya saktah yang merupakan penghalang terjadinya assimilasi suara.

3.2 Izhar
Jika setelah lam terdapat selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar.


H. Pertemuan Dua Sukun
Sesuai aturan dalam bahasa Arab, jika dua huruf yang sukun bertemu, maka harus dilakukan salah satu dari dua cara, yaitu membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan catatan pemberian harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja.

1. Membuang Yang Pertama
Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan) bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap eksis. Contohnya( إذا الشمس كورت ).
Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus. Hal ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal baik waktu washal atau wakaf. Seperti huruf ya yang dibuang pada kata( تحي )dalam ayat( ربي أرني كيف تحي الموتى ).

2.
Mengharakati Yang Pertama
Alternatif kedua dalam menghindari bertemunya dua huruf yang sukun adalah dengan memberi harakat fathah, kasrah atau damah kepada huruf yang pertama sesuai ketentuan yang berlaku.

2.1 Kasrah
Huruf yang sukun pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama, sementera yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini huruf yang pertama diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan. Contohnya( قل ادعوا الله )yang tidak bisa diberi baris fathah atau damah. Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat pada kata( عادا )dalam ayat( عادا الأولى ).
Demikian juga huruf lam yang terdapat pada kata( الاسم )yang terdapat dalam surat Al-Hujurat. Karena huruf tersebut terletak di antara dua hamzah washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari bertemunya dua sukun.
2.2 Fatah
Huruf yang sukun pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama nun pada huruf jar( مِن )jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( وأنا علي ذلكم من الشاهدين ).
Kedua ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama) jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( أذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم ).

      3.3 Damah
      Huruf yang sukun pertama diberi damah. Hal ini terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama wau layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( فتمنوا الموت إن كنتم صادقين ).Kedua huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( وسخر لكم لليل والنهار ).


I. Tafkhim dan Tarqiq
Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis)-nya, maka huruf hijaiah terbagi tiga. Pertama huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti`la'(huruf-huruf yang terjadi dengan menaikkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya).
Kedua huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang dibaca tipis sesuai posisi huruf dalam ayat, yaitu (huruf lam pada lafal Allah dan huruf ra).
Ketiga huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal (yaitu huruf-huruf yang terjadi dengan menurunkan sebagian besar lidah ketika menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra.

1. Level Tafkhim
Tafkhim menurut etimologi berarti menebalkan atau menggemukkan. Menurut istilah tajwid berarti gambaran tentang tebalnya bunyi huruf seakan-akan bunyi tersebut bagaikan memenuhi semua rongga mulut. Hurufnya ada tujuh, yaitu yang tergabung dalam kalimat( خص ضغط قظ ).

1.1 Tingkatan pertama adalah jika huruf tafkhim berbaris fathah bertemu dengan huruf alif. Contohnya( قال ).
1.2Tingkatan kedua adalah jika huruf tafkhim berbaris fathah tidak bertemu dengan huruf alif.       Contohnya( خلقكم ).
1.3 Tingkatan ketiga adalah jika huruf tafkhim berbaris damah. Contohnya( يقول ).
1.4 Tingkatan keempat adalah jika huruf tafkhim itu sukun. Contohnya( اقرأ ).
1.5 Tingkatan kelima adalah jika huruf tafkhim itu berbaris kasrah. Contohnya( قيل ).

2. Lihat Konteksnya
Huruf-huruf ada yang terkadang dibaca tarqiq dan terkadang dibaca tafkhim sesuai dengan kondisi hurufnya. Hurufnya ada tiga, yaitu pengecualian dari kelompok huruf istifal, masing-masing alif-lam pada lafal Allah dan ra.

2.1 Tafkhim
Tafkhim huruf lam pada lafal Allah dan ra. Pertama lam dibaca tafkhim jika terdapat setelah huruf tafkhim yang lain, seperti( قال ) Kedua lam pada lafal Allah dibaca tafkhim jika terdapat setelah huruf yang berbaris fathah dan damah atau terdapat di permulaan kata. Contohnya( قال الله ) , ( عبد الله )dan( الله لا إله إلا هو ).
Ketiga ra yang selalu dibaca tafkhim pada tiga kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris fathah, baik terletak di awal, di tengah-tengah atau di akhir kata. (Dengan syarat dalam keadaan washal).
Contohnya( ربنا - بربكم - ليس البر أن تولوا وجوهكم ).
Kedua jika ra itu berbaris damah. Contohnya( رزقنا - رددت ).
Ketiga jika ra itu sukun dan huruf yang sebelumnya berbaris fathah, damah atau kasrah (asli) dan sesudahnya terdapat huruf isti`la', atau huruf sebelumnya berbaris kasrah (bukan asli akan tetapi karena sebab lain).
Contohnya(
زرعا - مرتفقا - قرطاس - ارجعوا )

2.2 Tarqiq
Tarqiq huruf lam pada lafal Allah dan ra. Pertama lam dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf tarqiq yang lain, seperti( الكتاب ) Kedua lam pada lafal Allah dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf yang berbaris kasrah, baik huruf tersebut bersambung dengan lam tersebut dalam satu kata atau pada kata lain. Contohnya( لله ) , ( بسم الله ).
Ketiga ra dibaca tarqiq pada tiga kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris kasrah. Contohnya(
رجال - مريئا ).
Kedua jika ra itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris kasrah (asli) dan tidak ada huruf isti`la' sesudahnya. Contohnya(
فرعون ).
Ketiga jika ra itu sukun (karena wakaf) dan terdapat setelah huruf ya mad atau ya layin. Contohnya( وهو على كل شئ قدير )dan( ذلك خير ).

2.3 Tafkhim lebih baik
Ra boleh dibaca tafkhim dan boleh tarqiq, akan tetapi tafkhim lebih baik. Yang demikian terjadi pada dua hal: Pertama jika ra itu sukun (ketika wakaf) dan huruf sebelumnya berbaris fathah atau damah. Contohnya( إن هذا إلا قول البشر ) ( كذبت ثمود بالنذر ).
Kedua jika ra itu sukun (ketika wakaf), huruf sebelumnya sukun juga dan didahului oleh huruf yang berbaris fathah atau damah (yang kalau diwashal berbaris kasrah).
Contohnya( والعصر ) ( والفجر ).
Catatan: Bagi yang membaca tarqiq dapat beralasan karena adanya kasrah yang terdapat sebelumnya, tidak melihat kepada huruf isti`la' yang terdapat sesudahnya. Sedangkan alasan orang yang membaca tafkhim adalah karena melihat kepada sukun yang terjadi karena sebab tertentu dan tidak melihat keadaannya ketika diwashal.

2.4 Tarqiq lebih baik
Ra boleh dibaca tafkhim, boleh tarqiq, akan tetapi tarqiq lebih baik. Yang demikian terjadi pada tiga hal: Pertama jika ra itu sukun ketika wakaf dan sesudahnya terdapat huruf ya yang terpaksa dibuang untuk meringankan bacaan. Contohnya kata( يسر )dalam firman Allah swt.( والليل إذا يسر ) asalnya( يسري ).
Dalam hal ini, ya terpaksa dibuang untuk meringankan bacaan. Kedua jika ra itu sukun, terdapat sesudah huruf yang berbaris kasrah (ketika wakaf) dan di antara keduanya ada huruf isti`la'. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat pada satu tempat saja, yaitu kata( القطر )pada ayat( وأسلنا له عين القطر ).
Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena diwashal, sedangkan yang membaca tafkhim beralasan, karena melihat pada sukun yang terjadi karena sebab tertentu (wakaf).
Ketiga jika ra itu sukun, huruf sebelumnya berbaris kasrah dan sesudahnya terdapat huruf isti`la' yang berbaris kasrah. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat satu saja, yaitu kata( فرق )pada ayat( كل فرق كالطود ).
Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena melihat kepada kasrah yang terdapat sebelum, tidak melihat kepada huruf isti`las' yang datang setelahnya, karena berbaris kasrah. Bagi yang membaca tafkhim beralasan, karena melihat kepada huruf isti`la' yang datang setelah ra itu, tidak melihat kepada kasrah yang terdapat sebelumnya juga tidak melihat kepada huruf isti`la' yang berbaris kasrah.

2.5 Imalah
Hukum imalah (condong) hanya khusus bagi huruf ra saja. Dalam keadaan seperti ini ra dibaca tarqiq, karena baris fathah condong ke baris kasrah dan huruf alif condong ke huruf ya. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya ada satu saja, yaitu kata( مجراها ).



3. Tarqiq
Tarqiq menurut etimologi berarti menipiskan. Menurut istilah tajwid berarti gambaran dari perubahan yang terjadi pada bunyi huruf yang mengakibatkan bunyi tersebut tidak memenuhi mulut. Huruf tarqiq adalah semua huruf hijaiah selain huruf tafkhim( خص ضغط قظ )dan huruf-huruf yang dibaca tafkhim atau tarqiq sesuai kondisi (alif, lam pada lafal Allah dan ra).


J. Pertemuan
Pertemuan antara dua huruf, baik secara lafal atau pun tulisan dapat terbagi ke dalam empat kasus, yaitu mitslain (identik), mutaqaribain (mirip-berdekatan), mutajanisain (sejenis) dan mutaba`idain (berbeda-berjauhan).
Dalam konteks ini tidak dibahas hukum mutaba`idain, karena target yang ingin dicapai di sini adalah dapat mengetahui huruf-huruf yang wajib diidghamkan dan yang tidak. Hal ini tidak didapati dalam mutaba`idain. Catatan: Hukum izhar dan idgham pada mitslain, mutaqaribain dan mutajanisain hanya terjadi pada huruf pertama saja, bukan pada huruf yang kedua.

1. Mitslain
Mitslain adalah dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya, seperti dua huruf ba atau dua huruf ta.

1.1 Shaghir
Mitslain Shaghir, disebut mitslain shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan saghir (kecil) karena huruf pertama sukun dan yang kedua berharakat, sehingga mudah diidghamkan. Aturan bacaannya: Wajib idgham kecuali jika huruf yang pertama mad, maka wajib dibaca izhar, seperti( قالوا وهم ), atau huruf pertama ha saktah, maka wajib dibaca izhar, karena adanya saktah tersebut menghalangi terjadinya asimilasi (idgham).Seperti ayat( ماليه هلك ).

1.2 Kabir
Mitslain Kabir, disebut mitslain kabir,bila huruf pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena harakat jumlahnya lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya: Wajib izhar kecuali pada ayat( تأمنا ), yang hukumnya idgham disertai isymam, yaitu memonyongkan dua bibir ke depan di waktu menyebut nun yang sukun pertama dan mengidghamkannya kepada nun yang kedua. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa baris asal dari nun itu adalah damah.( تأمنّا )asalnya( تأمننا )di mana nun pertama diidghamkan ke dalam nun kedua, maka jadilah( تأمنّا ).

1.3 Mutlak
Mitslain Mutlak, disebut mitslain mutlak bila huruf yang pertama berharakat dan huruf yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).
Aturan bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat ahli-ahli qiraat.

2. Mutaqaribain
Mutaqaribain, disebut mutaqaribain bila bertemu dua huruf yang makhraj dan sifatnya mirip, atau salah satu dari makhraj dan sifatnya saja.

2.1  Shaghir
Mutaqaribain Shaghir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya adalah izhar (menurut Imam Hafsh dan Imam qiraat lainnya).
Khusus mengenai lam dan ra bila bertemu, maka wajib dibaca idgham menurut kesepakatan ahli qiraat. Contohnya(
بل رفعه الله - قل رب )kecuali pada( بل ران ).
, Aturan bacaannya ialah izhar karena adanya saktah (menurut Imam Hafsh ) yang menghalangi terjadinya proses asimilasi/idgham.


2.2  Kabir
Mutaqaribain Kabir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf yang pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan jumlah harakat lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

2.3  Mutlak
Mutaqaribain Mutlak, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).
Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

3. Mutajanisain
Mutajanisain, disebut mutajanisain bila dua huruf bertemu di mana makhrajnya sama, sedangkan sifatnya berlainan, seperti huruf dal dan ta.

3.1 Saghir
Mutajanisain Shaghir, disebut mutajanisain shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya ialah wajib izhar, kecuali pada enam tempat yang harus dibaca idgham, yaitu: 1. Huruf ba dan sesudahnya huruf mim pada ayat( اركب معنا ) 2. Huruf ta dan sesudahnya huruf dal, seperti( أثقلت دعوا ) 3. Huruf ta dan sesudahnya huruf tha, seperti( إذ همت طائفتان ) 4. Huruf tha dan sesudahnya huruf dzal, seperti( يلهث ذلك ) 5. Huruf dal dan setelahnya huruf ta, seperti( ومهدت ) 6. Huruf dzal dan sesudahnya huruf zha, seperti( إذ ظلمتم ).
Adapun huruf tha yang sesudahnya huruf ta, seperti(
أحطت )aturan bacaannya adalah idgham naqish menurut kesepakatan ahli qiraat.

3.2 Kabir
Mutajanisain Kabir, disebut mutajanisain kabir bila kedua hurufnya berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena persentase huruf yang berharakat lebih besar dari huruf yang sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

3.3 Mutlak
Mutajanisain Mutlak, disebut mutajanisain mutlak, bila huruf yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).
Aturan bacaannya ialah wajib izhar.


K. Level Kalkalah
Kalkalah menurut etimologi berarti getaran. Menurut istilah tajwid berarti getaran suara yang terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli atau pun tidak. Huruf kalkalah ada lima, yaitu huruf-huruf yang tergabung dalam( قطب جد )yaitu: huruf ج, ب, ط, ق dan د . Syarat kalkalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf kalkalah.

1. Rendah
Level kalkalah yang paling rendah terjadi apabila huruf kalkalah terletak di tengah-tengah kata. Seperti huruf qaf pada kalimat.( وخلقناكم أزواجا )

2. Sedang
Level kalkalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut tidak bertasydid. Seperti huruf Thaa pada kalimat.( والله من ورائهم محيط )

3. Keras
Level kalkalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut bertasydid. Seperti huruf qaf pada.( قال رب احكم بالحق

0 komentar:

Posting Komentar